.
.
Aku masih ingat perbincangan kita di sore itu: "Menurutmu, dimanakah tempat paling sempurna untuk menghabiskan hari tua?".
.
Dulu, aku selalu tertawa saat kau menanyakan tempat paling sempurna.
.
Hingga, bertahun-tahun kemudian, aku menemukan pemandangan ini di depan jendela kamar, tempat kita menginap.
.
Aku ingin sebuah pantai, lengkap dengan nyiur melambai dan pohon cemara yang batang-batangnya menua.
.
Aku ingin sebuah hutan hujan tropis yang tidak jauh dari pantai, dimana setiap pagi aku bisa bermain dengan kabut di dalamnya.
.
Aku ingin sebuah gunung yang bisa didaki saat kita bosan bermain di pantai, sambil mendengar petikan sape' dari pemuda lokal yang sering membawakan kita buah-buahan dari hutan.
.
Sayup-sayup terdengar petikan sape' dimainkan di tepi pantai. Syahdu, sekaligus pilu.
.
Ah, leluhur kita seromantis apa, R? Menciptakan nada-nada sape' hingga terasa begitu menyayat jiwa.
.
Apakah kau pernah mendengar kisah-kisah itu?
.
Cerita tentang jiwa yang dipanggil pulang oleh petikan sape'. Alunan mantra yang menghidupkan jiwa dari yg mati. Ritual sakral, R.
.
"Dimana?", tanya R sekali lagi membuyarkan lamunanku.
.
"Asal ada pantai, hutan dan gunung, itu sudah sangat sempurna untukku", kataku pada R sambil tersenyum. Iya. Sempurna. Sangat.
.
Satu-satunya yang membuat tempat ini tidak sempurna adalah karena kau tidak disini, R.
.
.
05 day go to #rwmfbig20 #rwmf2017
.
.
#pacarkecilku
#borneo
#musicfestival
